Diksi
Kamus linguistik (1997) mentakrifkan diksi sebagai pemilihan dan penggunaan kata dalam lisan dan tulisan dan yang tepat dan berkesan untuk mengungkapkan idea dan juga peristiwa. Dalam penulian sastera sesuatu ayat itu boleh bersifat menyimpang dan tidak rigid kepada disiplin ilmu.
Keraf (2008) secara khusus mentakrif diksi kepada tiga simpulan utama. Pertama,
diksi mencakupi pengertian kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu
gagasan mengelompokkan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan
dalam suatu situasi. Kedua, diksi adalah kemampuan membezakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa
yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga diksi yang tepat dan sesuai
hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau
perbendaharaan kata bahasa itu.
Diksi ditakrif
oleh Harimurti Kridalaksana (1985), sebagai pilihan kata dan kejelasan lafal
untuk mendapatkan kesan tertentu dalam komunikasi lisan ataupun tulisan. Hal ini
menunjukkan penggunaan diksi haruslah mementingkan tujuan penggunaannya.
Penggunaan diksi sama ada dalam urusan rasmi atau tidak. Penggunaan diksi
adalah berbeza mengikut situasi. Sekiranya seseorang penulis itu mahu
mewujudkan suasana yang formal, maka diksi, ayat dan dialog yang digunakan
dalam karnya haruslah berbentuk standard manakala sebaliknya jika situasi
yang ingin diwujudkan adalah tidak formal, maka penulis haruslah memilih
kata-kata nonstandard.
Jelasnya, sesuatu diksi yang digunakan itu dapat memberi kesan kepada kepekaan emosi.
Pemilihan diksi-diksi membentuk perasaan tertentu mengikut situasi penceritaan.
Selain itu, diksi yang digunakan juga boleh dilihat daripada sudut
nonlinguistik dan linguistik bergantung kepada tujuan bahasa digunakan.
Penerangan yang lebih terperinci akan dinyatakan dan diterangkan dalam bab
seterusnya.
Oleh: SN Hidayah